Selasa, 31 Desember 2013

TROMBOFLEBITIS FEMORALIS



 “TROMBOFLEBITIS FEMORALIS”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah “Askeb Nifas & Menyusui”
Dosen Pembimbing : Alfa Defi Khalifatunnisak, S.ST

 



Disusun oleh :
1.      Eli Rahmawati                                   30712003
2.      Nila Ayu Widyawati                        30712015



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI




BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa setelah persalkinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas, diantaranya seperti infeksi pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium dan infeksi yang menyebar ketempat lain melaui pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium.
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang  disebabkan oleh tromboflebitis seperti pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska persalinan terjadi empat jam setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali memantau tromboflebitis secara ketat, khusunya kejadian saat persalinan dilakukan. Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis segera periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang biasa.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari Tromboflebitis Femoralis ?
2.      Apa penyebab dari Tromboflebitis Femoralis ?
3.      Bagaimana gejala dari Tromboflebitis Femoralis ?
4.      Bagaimana penatalaksanaan dari Tromboflebitis Femoralis ?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Tromboflebitis Femoralis
2.      Untuk mengetahui penyebab dari Tromboflebitis Femoralis
3.      Untuk mengetahui gejala dari Tromboflebitis Femoralis
4.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Tromboflebitis Femoralis

D.    MANFAAT
1.      Bagi mahasiswa agar sebagai bidan nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien tromboplebitis femoralis dengan baik dan benar.
2.      Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan referensi.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    DEFINISI
Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen (sarwono, 2000).
Tromboflebitis Femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi. Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan oleh suatu trombosis yaitu suatu pembekuan darah balik dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang biasanya mengakibatkan kematian. Tromboflebitis Femoralis sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum (sarwono, 2000).

B.     ETIOLOGI
1.      Perluasan infeksi endometrium
2.      Mempunyai varises pada vena
3.      Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
4.      Pernah mengalami tromboflebitis sebelumnya
5.      Pembedahan obstetric
6.      Kelahiran
7.      Obesitas
8.      Imobilisasi
9.      Trauma vaskula & Multiparietas
(sarwono, 2000).
C.    PATOFISIOLOGI
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagulabilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stattis vena lazim dialami oleh orang-orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil (sarwono, 2000).
Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, kanulasi atau beberapa penyakit misalnya penyakit buerger juga dapat menyokong trombus (Djoko, 2006).

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali (sarwono, 2000).
2.      Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a.       Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b.      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
c.       Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
d.      Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e.       Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f.       Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).
E.     PENATALAKSANAAN
1.      Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2.      Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
3.      Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
4.      Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
5.      Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6.      Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7.      Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
8.      Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9.      Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
10.  Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
11.  Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
12.  Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13.  Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14.  Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15.  Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan (Djoko, 2006).

F.     PENGOBATAN
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari (Djoko, 2006).
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir) (sarwono, 2000).

G.    KOMPLIKASI
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru (sarwono, 2000).


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen.
Tromboflebitis Femoralis yaitu suatu inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah yang mengenai satu atau kedua vena femoralis.

B.     SARAN
1.      Kepada mahasiswa kesehatan khususnya bidan agar dapat mengetahui cara memberi penanganan segara bila menemui kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
2.      Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan yang dapat dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka

Waspodo, Djoko. 2006 . Obstetri Dan Ginekologi. Bandung : Elstar Offset

http:// Restiana VinnoT-kesehatan-midwife – infeksi-nifas-tromboflebitis-femoralis-.htm
            (diakses tanggal 27.12.2013 jam 15.20)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar